Diabetes adalah salah satu penyakit yang cukup umum di telinga masyarakat. Di mana tak sedikit dari mereka mengatakan bahwa penyebab diabetes adalah karena terlalu banyak mengonsumsi gula.Namun, benarkah begitu? Langsung saja simak jawabannya melalui ulasan di bawah ini.
Apa itu Diabetes?
Diabetes adalah penyakit metabolik yang terjadi ketika terdapat kadar gula yang tinggi pada tubuh, namun tidak dapat dipergunakan secara maksimal oleh tubuh. Diabetes adalah kondisi yang termasuk ke dalam kategori penyakit kronis berbahaya, terutama jika sudah terjadi komplikasi.
Penyebab Diabetes
Gula darah merupakan komponen penting dalam tubuh sebagai sumber energi agar fungsi tubuh lebih maksimal saat beraktivitas. Jumlah asupan gula harus disesuaikan dengan aktivitas harian kita.
Namun, yang menjadi masalah adalah saat tubuh mendapatkan asupan gula, sementara aktivitas fisik kita sangat terbatas. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan penumpukan gula darah. Dalam jangka panjang, penumpukan gula darah dalam tubuh akan meningkatkan risiko diabetes.
Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan tubuh gagal membakar gula yang ada dalam tubuh secara maksimal, di antaranya adalah:
- Kurangnya aktivitas fisik.
- Asupan gula yang terlalu tinggi.
- Terganggunya respons tubuh terhadap insulin.
- Berkurangnya produksi insulin oleh pankreas.
- Kinerja insulin terhambat akibat adanya hormon lain.
Insulin sendiri merupakan hormon yang dihasilkan tubuh untuk membantu memaksimalkan penyerapan glukosa atau gula ke dalam sel-sel tubuh, untuk kemudian diolah menjadi sumber energi dan kelebihannya akan disimpan sebagai cadangan energi.
Baca juga: Kenali Kadar Gula Darah Normal Berdasarkan Usia
Jenis-Jenis Diabetes
Penelitian yang dimuat dalam Introduction to Diabetes Mellitus membagi diabetes dalam tiga jenis, yakni:
1. Diabetes Tipe 1
Pada dasarnya, diabetes tipe 1 adalah gangguan autoimun, yakni kondisi ketika antibodi yang seharusnya bekerja melindungi tubuh terhadap infeksi, malah berbalik menyerang sel tubuh itu sendiri.
Dalam kasus diabetes tipe 1, yang dirusak adalah sel beta yang terdapat pada pankreas. Proses tersebut membuat rusaknya sel-sel beta yang akan memproduksi insulin. Belum diketahui apa penyebab antibodi menyerang sel beta pankreas. Namun, banyak pakar percaya jika faktor genetik dan infeksi virus tertentu merupakan penyebabnya.
Baca juga: 8 Cara Mencegah Diabetes Melitus, Yuk Mulai dari Sekarang!
2. Diabetes Tipe 2
Berbeda dengan penyebab diabetes tipe 1 yang merupakan akibat penurunan produksi insulin, pada diabetes tipe 2 produksi insulin berjalan normal. Namun, sensitivitas tubuh dalam merespons kadar gula darah menurun sehingga penggunaannya menjadi tidak maksimal.
Umumnya kondisi ini lebih sering terjadi pada orang dewasa, terutama mereka yang sudah berusia di atas 30 tahun. Faktor gaya hidup, seperti kurang melakukan aktivitas fisik, stres, dan konsumsi makanan tinggi gula, memainkan peran penting dalam terbentuknya penyakit ini. Selain itu, faktor genetik dan obesitas yang tidak ditangani dengan baik, cukup berpengaruh dalam peningkatan risiko diabetes tipe 2.
3. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah penyakit diabetes yang umumnya bersifat sementara. Penyakit ini akan menyerang pada ibu hamil dan biasanya akan sembuh sendiri setelah melahirkan.
Meski bisa terjadi kapan saja, namun penyakit ini biasanya mulai menyerang di minggu ke-24 usia kehamilan. Walaupun bisa sembuh sendiri, bukan berarti diabetes gestasional tidak berbahaya. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini bisa meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan berlebih, kelahiran prematur, atau lahir dengan gula darah rendah atau hipoglikemia.
Untuk ibu hamil, diabetes gestasional berpotensi menyebabkan komplikasi, seperti preeklamsia dan hipertensi. Selain itu, sang ibu pun berisiko terserang diabetes gestasional di kehamilan berikutnya, yang dapat meningkatkan potensi terkena diabetes tipe 2 pasca melahirkan.
Baca juga: Rekomendasi Jenis Makanan dan Minuman untuk Penderita Diabetes
Diagnosis dan Gejala Diabetes
Diabetes adalah penyakit yang muncul disertai dengan gejala. Meski terkadang baru diketahui setelah melakukan pemeriksaan kadar gula darah, namun jika Anda peka, tanda kelebihan gula darah dapat dilihat dari beberapa kondisi berikut ini.
- Sering merasa lelah padahal tidak melakukan aktivitas fisik
- Sering merasa haus padahal sudah minum cukup air.
- Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
- Sering diserang rasa lapar yang ekstrem.
- Luka lama atau sulit sembuh.
- Pandangan kabur.
- Sering buang air kecil.
- Sering mengalami infeksi, termasuk pada kulit, gusi, dan organ intim.
Pada pasien, gejala diabetes tersebut akan berjalan cukup cepat sehingga Anda bisa merasakan perubahan ekstrem pada tubuh. Jika melihat tanda-tanda ini, segera kunjungi dokter untuk dilakukan pemeriksaan, dan penanganan medis.
Biasanya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, termasuk tes kadar gula darah. Anda bisa dikatakan memiliki penyakit diabetes, jika:
- Kadar gula darah mencapai lebih dari 200 mg/dL, disertai dengan munculnya beberapa gejala, seperti sering haus, sering buang air kecil, sering merasa lapar, luka sulit atau lama sembuh, dan lainnya.
- Kadar gula darah puasa mencapai lebih dari 126 mg/dL. Kadar gula darah puasa adalah saat dilakukan pemeriksaan dan Anda tidak mendapatkan asupan kalori selama minimal 8 jam.
- Kadar gula darah mencapai lebih dari 200 mg/dL setelah dilakukan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Tes ini merupakan pemeriksaan kadar gula darah ketika Anda mendapat asupan gula sekitar 75 gram.
Meski saat ini sudah banyak alat tes gula darah mandiri, untuk mengetahui apakah Anda mengidap diabetes atau tidak, pemeriksaan oleh dokter merupakan langkah terbaik. Hal ini dikarenakan alat tes mandiri hanya berfungsi untuk memantau kadar gula darah.
Pengobatan Diabetes
Pengobatan diabetes umumnya berjalan lama dan butuh kesabaran. Anda dituntut untuk disiplin menjalankan 5 pilar pengobatan diabetes yang mencakup edukasi, pengaturan pola makan, olahraga, konsumsi obat-obatan, dan pemantauan gula darah mandiri.
Konsumsi obat herbal untuk meningkatkan produksi insulin dan menurunkan kadar gula darah, sebaiknya dilakukan atas seizin dan pengawasan dokter. Pasalnya, konsumsi obat-obatan medis bersama obat herbal dapat berisiko menyebabkan hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah secara ekstrem.
Selain itu, terdapat beberapa obat-obatan herbal yang jika dikonsumsi dalam jangka panjang dan jumlah berlebih dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan, termasuk berisiko merusak hati dan ginjal.